Tuesday, October 8, 2019

Desain Penelitian (Kuantitatif: Deskriptif, Korelasional, Eksplanasi, Evaluasi).

Halo kawan!

Dalam melakukan riset, setidaknya kita harus punya dulu tujuan kita melakukan riset. Jika hanya untuk menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah fenomena, kejadian, atau variabel tertentu. Biasanya penelitian ini dilakukan jika ada variabel yang dirasa butuh deskripsi lebih lanjut. Biasanya variabelnya cenderung baru. Misalnya variabel phubbing. Untuk mendeskripsikan apa itu phubbing, dilakukan sebuah riset. Nah, riset semacam ini disebut dengan riset Deskriptif atau Descriptive Study. Penelitian deskriptif hanya melibatkan 1 variabel saja.

Banyak fenomena, khususnya dalam bidang psikologi dan ilmu sosial lainnya, yang tidak cukup hanya digambarkan seperti apa fenomena tersebut. Lebih dari itu, seseorang lebih tertarik untuk mengetahui apa hal yang dapat memprediksi suatu fenomena muncul, bahkan apa yang menyebabkan suatu fenomena itu ada. Dengan kata lain, pertanyaan yang dibangun adalah "Hal apa yang dapat memprediksi kecerdasan seseorang?" atau "Apa saja sih yang membuat seseorang itu depresi?".

Nah untuk menjawab pertanyaan itu, penelitian yang dilakukan tidak bisa hanya melibatkan satu variabel. Namanya hubungan, mana bisa cuma satu, itu jomblo namanya -_- *skip

Penelitian semacam ini biasa disebut dengan penelitian Korelasional atau Correlational Study. Penelitian korelasional bertujuan untuk mencari hubungan atas sesuatu. Penelitian korelasional ini tidak bisa menjawab pertanyaan hubungan sebab-akibat. Kenapa? Karena hanya sebatas menjelaskan keterkaitan satu variabel dengan variabel lainnya. Selain itu, penelitian korelasional ini hanya sebatas menemukan prediktor dari suatu fenomena.

Nah tolong dibedakan antara prediksi dan sebab-akibat. Jika mendung semakin gelap, maka akan semakin dapat memprediksikan hujan. Namun, mendung bukan penyebab dari hujan. Contoh lain, di tahun 90an diadakan survei terkait program keluarga berencana (KB). Hasilnya menunjukkan, semakin banyak warga desa yang memiliki setrika listrik, maka program KB semakin berhasil. Apa itu berarti setrika listrik jadi penyebab keberhasilan program KB? Jadi kalau mau tidur, dinyalain dulu setrikanya gitu? -____-
Pada waktu itu, listrik mulai masuk ke pedesaan. Warga desa yang panen berbondong-bondong beli alat elektronik. Kira-kira yang pertama kali dibeli apa? Yap televisi. Nah, waktu itu sosialisasi program KB lagi maraknya di televisi. Orang yang punya setrika listrik, biasanya sudah punya televisi. Orang yang punya televisi jadi lebih well informed dibandingkan yang tidak.

Contoh lain, coba kumpulkan anak SD dari kelas 3 sampai kelas 6. Beri tes matematika yang terstandarisasi, artinya bisa ditempuh anak kelas 3 sampai 6. Kemudian lihat ukuran sepatunya. Anak kelas 6 tentunya akan mendapatkan skor yang lebih tinggi dibandingkan kelas di bawahnya. Juga, umumnya anak kelas 6 memiliki ukuran sepatu yang lebih besar. Jika dikorelasikan, maka korelasinya akan positif dan kuat. Tapi apakah kita bisa menyimpulkan penyebab skor tinggi itu ukuran sepatu? Tentu tidak.

Jadi, studi korelasional hanya dapat menentukan predictor, bukan penyebab, serumit apapun metodenya, sekompleks apapun caranya, sebanyak apapun variabelnya, bahkan hingga ada variabel moderator dan mediator, tetap, penelitian korelasional tidak mampu mengungkap hubungan sebab akibat, karena tidak ada kontrol dan manipulasi terhadap variabel.

Untuk mengetahui hubungan sebab-akibat, dilakukan manipulasi dan kontrol terhadap variabelnya. Penelitian ini biasa disebut dengan penelitian Eksplanatori atau Explanatory Study. Metode yang digunakan biasanya berupa eksperimental, kuasi eksperimental, kausal-komparatif, dsb. Intinya adalah kontrol variabel. Selanjutnya, ada yang disebut dengan Evaluation Research atau kalau dalam bahasa klinis disebut Efficacy and Effectivity Study. Biasanya digunakan untuk melihat efektifitas dari sebuah terapi, misalnya terapi kognitif behavior, seberapa efektifkah.

Tadi semua adalah desain-desain penelitian dan tujuan dilakukannya untuk apa. Semoga bermanfaat.
Cheers~~

Sumber: Kuliah Umum bersama Bapak Urip Purwono, Ph.D, Psikolog

0 comments:

Post a Comment